Tentang Kami

Blog Kabar Bintan merupakan Blog milik warga Bintan yang didedikasikan untuk membangun Bintan dalam arti luas. Blog ini dikelola oleh orang profesional dibawah pengawasan seorang Blogger Perempuan bernama Amilia Putri, S.Ikom alumni Ilmu Komunikasi Universitas Sebelas Maret  (UNS) Surakarta, seorang ASN di Kantor Kementerian Agama Bintan dan dibuat pertama kali tanggal 26 Februari 2018 dengan semangat tagline nya adalah "Mengabarkan yang penting dan bermanfaat" yang artinya bahwa Kabar Bintan akan menginformasikan atau mengabarkan apapun itu, baik tulisan, artikel, makalah, puisi, sajak, cerita, novel atau apapun, yang penting dan bermanfaat bagi para pembacanya di seluruh dunia.

Mengingat kecenderungan Blog ini mengabarkan berita-berita, maka pada 26 April 2018 atau tepat dua bulan sejak blog ini dibuat, tagline kabar Bintan ditambah menjadi Kabar Bintan News. Penambahan kata-kata news ini semata-mata untuk meneguhkan bahwa Kabar Bintan adalah sebuah mesin berita yang didesain untuk memberikan informasi yang penting dan bermanfaat.

Tidak lupa, redaksi mengucapkan terima kasih kepada seluruh penulis lain yang telah berkontributor dan menyumbangkan tulisannya, terutama kepada Mahasiswa / aktivis kampus Poltekkes Tanjungpinang yang sangat antusias memberikan tulisan-tulisan hebatnya sehingga menjadi sesuatu yang bermanfaat untuk seluruh pembaca blog. Semoga Allah SWT membalas ilmu bermanfaat ini di akherat kelak. Amiin

Bintan merupakan sebuah pulau bagian dari Indonesia. Pulau Bintan masuk kedalam Provinsi Kepulauan Riau dan merupakan Pulau besar yang secara administrasi pemerintahan terdiri atas 3 pemerintahan di pulau ini. Yakni Pemerintah Provinsi Kepri, Pemerintahan Kota Tanjungpinang dan Pemerintahan Kabupaten Bintan. Pemerintahan Provinsi Kepri berada di Kota Tanjungpinang dan Kota Tanjungpinang itu sendiri terdiri atas 4 Kecamatan dengan luas kurang lebih 16 km persegi, sehingga, praktis, pulau Bintan secara umum luas wilayahnya didominasi oleh pemerintahan Kabupaten Bintan.

Secara geografis, wilayah Kabupaten Bintan terletak antara 1°00’  Lintang Utara 1°20’ Lintang Selatan 104°00’ Bujur Timur 108°30 Bujur Timur. Secara keseluruhan luas wilayah Kabupaten Bintan adalah 87.411,92 Km2 terdiri atas wilayah daratan seluas 1.319,51 Km2 (1,50%) dan wilayah laut seluas 86.092,41 Km2 (98,50%). Pada Tahun 2007 Pemerintah Kabupaten Bintan telah memekarkan beberapa wilayahnya melalui Peraturan Daerah Nomor 11 Tahun 2007 tentang Pembentukan Kelurahan Toapaya Asri di Kecamatan Gunung Kijang, Desa Dendun, Desa Air Glubi di Kecamatan Bintan Timur, Kelurahan Tanjung Permai, Kelurahan Tanjung Uban Timur di Kecamatan Bintan Utara, Kelurahan Tembeling Tanjung di Kecamatan Bintan Teluk Bintan, Desa Kukup dan Desa Pengikik di Kecamatan Tambelan dan Kelurahan Kota Baru di Kecamatan Teluk Sebong.  
Selain itu juga dilakukan Pemekaran Kecamatan melalui Peraturan Daerah Nomor 12 Tahun 2007 tentang Pembentukan Kecamatan Toapaya, Kecamatan Mantang, Kecamatan Bintan Pesisir dan Kecamatan Seri Kuala Lobam. Dengan terjadinya pemekaran wilayah maka jumlah Kecamatan yang terdapat di wilayah Kabupaten Bintan bertambah dari 6 (enam) Kecamatan menjadi 10 (sepuluh) kecamatan, yaitu Kecamatan Teluk Bintan, Sri Kuala Lobam, Bintan Utara, Teluk Sebong, Bintan Timur, Bintan Pesisir, Mantang, Gunung Kijang, Toapaya, dan Tambelan.

Wilayah dan Batas Administrasi
Kabupaten Bintan memiliki 240 buah pulau besar dan kecil. Hanya 49 buah diantaranya yang sudah dihuni, sedangkan sisanya walaupun belum berpenghuni namun sudah dimanfaatkan untuk kegiatan pertanian, khususnya usaha perkebunan. Dilihat dari topografinya, pulau-pulau di Kabupaten Bintan sangat bervariasi. Umumnya dibentuk oleh perbukitan rendah membundar yang dikelilingi oleh daerah rawa-rawa. Wilayah Kabupaten Bintan merupakan bagian paparan kontinental yang dikenal dengan nama Paparan Sunda, dengan batas wilayah sebagai berikut :
Sebelah Utara : Kabupaten Natuna, Anambas dan Malaysia
Sebelah Selatan : Kabupaten Lingga;
Sebelah Barat : Kota Batam dan Kota Tanjungpinang;
Sebelah Timur : Provinsi Kalimantan Barat.

Secara morfologi Pulau Bintan memiliki perbedaan ketinggian yang tidak ekstrim, yaitu antara 0-350 meter dari permukaan laut. Puncak tertinggi berada di Gunung Bintan 348 meter, dan selanjutnya  Gunung Bintan Kecil 196 meter. Bukit-bukit lainnya merupakan bukit-bukit dengan ketinggian dibawah 100 meter. Bukit-bukit tersebut merupakan daerah hulu-hulu sungai yang sebagian besar mengalir kearah Utara dan Selatan dengan pola sub paralel, sedangkan pola anak-anak sungainya berpola sub radial. Sungai-sungai itu umumnya pendek-pendek, dangkal dan tidak lebar.

Topografi
Kabupaten Bintan pada umumnya memiliki topografi yang bervariatif dan bergelombang dengan kemiringan lereng berkisar dari 0-3% hingga di atas 40% pada wilayah pegunungan. Ketinggian wilayah pada pulau-pulau yang terdapat di Kabupaten Bintan berkisar antara 0–50 meter diatas permukaan laut hingga mencapai ketinggian 400-an meter diatas permukaan laut.  Secara keseluruhan kemiringan lereng di Kabupaten Bintan relatif datar, umumnya didominasi oleh kemiringan lereng yang berkisar antara 0%-15% dengan luas mencapai 55,98% (untuk wilayah dengan kemiringan 0–3% mencapai 37,83% dan wilayah dengan kemiringan 3%–15% mencapai 18,15%). Sedangkan luas wilayah dengan kemiringan 15%–40% mencapai 36,09% dan wilayah dengan kemiringan >40% mencapai 7,92%.

Geologi
Kabupaten Bintan merupakan bagian dari paparan kontinental yang terkenal dengan nama “Paparan Sunda”. Pulau-pulau yang tersebar di daerah ini merupakan sisa erosi atau pencetusan daerah daratan pra tersier yang membentang dari Semenanjung Malaysia di bagian Utara sampai dengan Pulau Bangka dan Belitung di bagian Selatan. Proses pembentukan lapisan bumi di wilayah ini berasal dari formasi-formasi vulkanik, yang akhirnya membentuk tonjolan-tonjolan pada permukaan bumi yang disebut pulau, baik pulau-pulau yang ukurannya cukup besar, maupun pulau yang ukurannya relatif kecil.

Jenis Tanah
Persebaran jenis tanah di Pulau Bintan didominasi oleh komposisi jenis tanah Hapludox-Kandiudult-Dystropets (46,4% dari luas daratan Pulau Bintan) yang tersebar seluruh bagian Kabupaten Bintan. Dominasi kedua adalah jenis tanah dengan komposisi Hapludox-Kandiudults (27,6% luas daratan) dan tersebar di daerah Berakit dan Sungai Kawal. Sedangkan komposisi jenis tanah lainnya adalah Sulfagquents-Hydraquents-Tropaquepts (9,9% dari luas daratan Pulau Bintan) tersebar di pesisir pulau dan terluas di pesisir daerah Teluk Bintan, Hapludox-Dystropets-Tropaquods (9,7%) tersebar di daerah Teluk Bintan, Tropaquets-Fludaquents (3,2%) tersebar di sekitar Sungai Kawal daerah Bintan Timur dan Gunung Kijang, dan komposisi tanah Kandiudults-Dystropets-Tropaquets seluas 2,4% yang tersebar di daerah pegunungan, yaitu Gunung Kijang, Lengkuas dan Gunung Bintan. Sedangkan komposisi jenis tanah yang ada di gugusan Kepulauan Tambelan adalah Dystropets-Tropudults-Paleudults, Tropudults-Dystropets-Tropothods dan Kandiudult Kandiudox.

Hidrologi dan Hidrogeologi
Sungai-sungai di Kabupaten Bintan kebanyakan kecil-kecil dan dangkal, hampir semua tidak berarti untuk lalu lintas pelayaran. Pada umumnya hanya digunakan untuk saluran pembuangan air dari daerah rawa-rawa tertentu. Sungai yang agak besar terdapat di Pulau Bintan terdiri dari beberapa Daerah Aliran Sungai (DAS), dua diantaranya DAS besar yaitu DAS Jago seluas 135,8 Km² dan DAS Kawal seluas 93,0 Km² dan hanya digunakan sebagai sumber air minum. Pasang surut di perairan Pulau Bintan bertipe campuran cenderung semidiurnal atau mixed tide prevailing semidiurnal (wyrtki,1961). Dimana saat air pasang/surut penuh dan tidak penuh terjadinya dua kali dalam sehari, tetapi terjadi perbedaan waktu pada antar puncak air tingginya.

Hasil prediksi pasut menggunakan Oritide-Global Tide Model di sekitar perairan pantai Trikora (Kecamatan Gunung Kijang) pada bulan Juli memperlihatkan bahwa tinggi rata-rata air pasang tertinggi +73,48 cm, air surut terendah -121,31 cm, dengan tunggang maksimum sekitar 194,79 cm dan pada bulan September, tinggi rata-rata air pasang tertinggi +75,69 cm, air surut terendah -101,06 cm dengan tunggang maksimum sekitar 176,75 cm. Secara umum tatanan air bawah tanah dapat dikelompokkan menjadi 2 kelompok berdasarkan keterdapatannya. Air bawah tanah tersebut terdapat dalam berbagai sistem akuifer dengan litologi yang berbeda-beda. Adapun air bawah tanah tersebut terdiri dari :

1)       Air Bawah Tanah Dangkal

Air bawah tanah dangkal pada umumnya tersusun atas endapan aluvium dan kedudukan muka air bawah tanah mengikuti bentuk topografi setempat. Lapisan akuifer ini pada umumnya tersusun atas pasir, pasir lempungan, dan lempung pasiran yang bersifat lepas sampai kurang padu dari endapan aluvium dan hasil pelapukan granit. Kedudukan muka air bawah tanah akan menjadi semakin dalam di daerah yang topografinya tinggi dengan daerah sekitarnya. Kedalaman muka air bawah tanah pada umumnya sekitar 2m-3m.   Air bawah tanah dangkal ini tersusun atas lapisan akuifer bebas (unconfined aquifer) yang  di beberapa tempat  bagian bawahnya dibatasi oleh lapisan kedap air yang berupa lapisan lempung dan lempung pasiran. Ketebalan rata-rata lapisan akuifer air bawah tanah dangkal sekitar 13m dan pada umumnya akan menipis ke arah perbukitan.


2)       Air Bawah Tanah Dalam

Air bawah tanah dalam di wilayah Kabupaten Bintan tersusun atas litologi berupa pasir kompak, pasir, dan pasir lempungan dan tersusun atas sistem akuifer bebas (unconfined aquifer), walaupun di beberapa tempat terdapat lapisan kedap air yang berupa lempung dan lempung pasiran yang tidak menerus atau hanya membentuk lensa-lensa, sehingga di beberapa tempat terbentuk sistem akuifer tertekan (confined aquifer) atau semi tertekan (semi confined aquifer), sehingga secara umum sistem akuifer yang berkembang di wilayah Pulau Bintan, Kabupaten Bintan tergolong multi-layer dimana antara satu lokasi dengan lokasi lain kedalaman lapisan akuifernya tidak berada pada level yang sama. Pada bagian bawah dari lapisan akuifer dalam dibatasi oleh granit yang bersifat kedap air sampai mempunyai sifat kelulusan terhadap air yang kecil tergantung adanya celah atau rekahan pada tubuh granit tersebut. Ketebalan rata-rata lapisan akuifer air bawah tanah dalam kisaran sekitar 26 m.

3)       Mata air

Keterdapatan mata air muncul pada batuan sedimen yang terdapat dalam mata air bawah tanah perbukitan bergelombang. Tipe pemunculannya umumnya diakibatkan oleh pemotongan topografi pada tekuk lereng dengan dataran. Mata air tersebut dapat dimanfaatkan untuk air minum pedesaan.


Iklim
Pada umumnya wilayah Kabupaten Bintan beriklim tropis. Selama periode Tahun 2010-2015 temperatur rata-rata terendah 23,9oC dan tertinggi rata-rata 31,8oC dengan kelembaban udara sekitar 85%. Kabupaten Bintan mempunyai 4 macam perubahan arah angin yaitu:

Bulan Desember-Pebruari      : Angin Utara

Bulan Maret-Mei                    : Angin Timur

Bulan Juni-Agustus                 : Angin Selatan

Bulan September-November  : Angin Barat

Kecepatan angin tertinggi adalah 9 knot dan terjadi pada bulan Desember-Januari, sedangkan kecepatan angin terendah pada bulan Maret-Mei.


Sumber Data: Bappeda Kabupaten Bintan (2016)


Tentang Kami Tentang Kami Reviewed by on 7:39:00 AM Rating: 5
PERINGATAN: DILARANG KERAS MENGCOPY SETIAP ISI DAN KONTEN DARI BLOG INI TANPA MENCANTUMKAN SUMBER. SETIAP PERBUATAN MELAWAN HUKUM DAPAT DIPIDANA. TERIMA KASIH ATAS KUNJUNGAN ANDA. JANGAN LUPA PANTAU TERUS BLOG KABAR BINTAN NEWS!
Powered by Blogger.