Tentang Kami
Mengingat kecenderungan Blog ini mengabarkan
berita-berita, maka pada 26 April 2018 atau tepat dua bulan sejak blog ini dibuat, tagline kabar Bintan ditambah menjadi
Kabar Bintan News. Penambahan kata-kata news ini semata-mata untuk meneguhkan
bahwa Kabar Bintan adalah sebuah mesin berita yang didesain untuk memberikan
informasi yang penting dan bermanfaat.
Tidak lupa, redaksi mengucapkan terima kasih kepada seluruh penulis lain yang telah berkontributor dan menyumbangkan tulisannya, terutama kepada Mahasiswa / aktivis kampus Poltekkes Tanjungpinang yang sangat antusias memberikan tulisan-tulisan hebatnya sehingga menjadi sesuatu yang bermanfaat untuk seluruh pembaca blog. Semoga Allah SWT membalas ilmu bermanfaat ini di akherat kelak. Amiin
Tidak lupa, redaksi mengucapkan terima kasih kepada seluruh penulis lain yang telah berkontributor dan menyumbangkan tulisannya, terutama kepada Mahasiswa / aktivis kampus Poltekkes Tanjungpinang yang sangat antusias memberikan tulisan-tulisan hebatnya sehingga menjadi sesuatu yang bermanfaat untuk seluruh pembaca blog. Semoga Allah SWT membalas ilmu bermanfaat ini di akherat kelak. Amiin
Bintan merupakan sebuah pulau bagian dari
Indonesia. Pulau Bintan masuk kedalam Provinsi Kepulauan Riau dan merupakan
Pulau besar yang secara administrasi pemerintahan terdiri atas 3 pemerintahan
di pulau ini. Yakni Pemerintah Provinsi Kepri, Pemerintahan Kota Tanjungpinang
dan Pemerintahan Kabupaten Bintan. Pemerintahan Provinsi Kepri berada di Kota
Tanjungpinang dan Kota Tanjungpinang itu sendiri terdiri atas 4 Kecamatan
dengan luas kurang lebih 16 km persegi, sehingga, praktis, pulau Bintan secara
umum luas wilayahnya didominasi oleh pemerintahan Kabupaten Bintan.
Secara geografis, wilayah Kabupaten Bintan terletak antara 1°00’ Lintang Utara 1°20’ Lintang Selatan 104°00’ Bujur Timur 108°30 Bujur Timur. Secara keseluruhan luas wilayah Kabupaten Bintan adalah 87.411,92 Km2 terdiri atas wilayah daratan seluas 1.319,51 Km2 (1,50%) dan wilayah laut seluas 86.092,41 Km2 (98,50%). Pada Tahun 2007 Pemerintah Kabupaten Bintan telah memekarkan beberapa wilayahnya melalui Peraturan Daerah Nomor 11 Tahun 2007 tentang Pembentukan Kelurahan Toapaya Asri di Kecamatan Gunung Kijang, Desa Dendun, Desa Air Glubi di Kecamatan Bintan Timur, Kelurahan Tanjung Permai, Kelurahan Tanjung Uban Timur di Kecamatan Bintan Utara, Kelurahan Tembeling Tanjung di Kecamatan Bintan Teluk Bintan, Desa Kukup dan Desa Pengikik di Kecamatan Tambelan dan Kelurahan Kota Baru di Kecamatan Teluk Sebong. Selain itu juga dilakukan Pemekaran Kecamatan melalui Peraturan Daerah Nomor 12 Tahun 2007 tentang Pembentukan Kecamatan Toapaya, Kecamatan Mantang, Kecamatan Bintan Pesisir dan Kecamatan Seri Kuala Lobam. Dengan terjadinya pemekaran wilayah maka jumlah Kecamatan yang terdapat di wilayah Kabupaten Bintan bertambah dari 6 (enam) Kecamatan menjadi 10 (sepuluh) kecamatan, yaitu Kecamatan Teluk Bintan, Sri Kuala Lobam, Bintan Utara, Teluk Sebong, Bintan Timur, Bintan Pesisir, Mantang, Gunung Kijang, Toapaya, dan Tambelan.
Wilayah dan Batas Administrasi
Kabupaten Bintan memiliki 240 buah pulau besar
dan kecil. Hanya 49 buah diantaranya yang sudah dihuni, sedangkan sisanya
walaupun belum berpenghuni namun sudah dimanfaatkan untuk kegiatan pertanian,
khususnya usaha perkebunan. Dilihat dari topografinya, pulau-pulau di Kabupaten
Bintan sangat bervariasi. Umumnya dibentuk oleh perbukitan rendah membundar
yang dikelilingi oleh daerah rawa-rawa. Wilayah Kabupaten Bintan merupakan
bagian paparan kontinental yang dikenal dengan nama Paparan Sunda, dengan batas
wilayah sebagai berikut :
Sebelah Utara : Kabupaten Natuna, Anambas
dan Malaysia
Sebelah Selatan :
Kabupaten Lingga;
Sebelah Barat : Kota Batam dan Kota
Tanjungpinang;
Sebelah Timur : Provinsi Kalimantan Barat.
Secara morfologi Pulau Bintan memiliki perbedaan ketinggian yang tidak ekstrim, yaitu antara 0-350 meter dari permukaan laut. Puncak tertinggi berada di Gunung Bintan 348 meter, dan selanjutnya Gunung Bintan Kecil 196 meter. Bukit-bukit lainnya merupakan bukit-bukit dengan ketinggian dibawah 100 meter. Bukit-bukit tersebut merupakan daerah hulu-hulu sungai yang sebagian besar mengalir kearah Utara dan Selatan dengan pola sub paralel, sedangkan pola anak-anak sungainya berpola sub radial. Sungai-sungai itu umumnya pendek-pendek, dangkal dan tidak lebar.
Topografi
Kabupaten Bintan pada umumnya memiliki topografi
yang bervariatif dan bergelombang dengan kemiringan lereng berkisar dari 0-3%
hingga di atas 40% pada wilayah pegunungan. Ketinggian wilayah pada pulau-pulau
yang terdapat di Kabupaten Bintan berkisar antara 0–50 meter diatas permukaan
laut hingga mencapai ketinggian 400-an meter diatas permukaan laut. Secara
keseluruhan kemiringan lereng di Kabupaten Bintan relatif datar, umumnya
didominasi oleh kemiringan lereng yang berkisar antara 0%-15% dengan luas
mencapai 55,98% (untuk wilayah dengan kemiringan 0–3% mencapai 37,83% dan
wilayah dengan kemiringan 3%–15% mencapai 18,15%). Sedangkan luas wilayah
dengan kemiringan 15%–40% mencapai 36,09% dan wilayah dengan kemiringan >40%
mencapai 7,92%.
Geologi
Kabupaten Bintan merupakan bagian dari paparan
kontinental yang terkenal dengan nama “Paparan Sunda”. Pulau-pulau yang
tersebar di daerah ini merupakan sisa erosi atau pencetusan daerah daratan pra
tersier yang membentang dari Semenanjung Malaysia di bagian Utara sampai dengan
Pulau Bangka dan Belitung di bagian Selatan. Proses pembentukan lapisan bumi di
wilayah ini berasal dari formasi-formasi vulkanik, yang akhirnya membentuk
tonjolan-tonjolan pada permukaan bumi yang disebut pulau, baik pulau-pulau yang
ukurannya cukup besar, maupun pulau yang ukurannya relatif kecil.
Jenis Tanah
Persebaran jenis tanah di Pulau Bintan
didominasi oleh komposisi jenis tanah Hapludox-Kandiudult-Dystropets (46,4%
dari luas daratan Pulau Bintan) yang tersebar seluruh bagian Kabupaten Bintan.
Dominasi kedua adalah jenis tanah dengan komposisi Hapludox-Kandiudults (27,6%
luas daratan) dan tersebar di daerah Berakit dan Sungai Kawal. Sedangkan
komposisi jenis tanah lainnya adalah Sulfagquents-Hydraquents-Tropaquepts (9,9%
dari luas daratan Pulau Bintan) tersebar di pesisir pulau dan terluas di
pesisir daerah Teluk Bintan, Hapludox-Dystropets-Tropaquods (9,7%) tersebar di
daerah Teluk Bintan, Tropaquets-Fludaquents (3,2%) tersebar di sekitar Sungai
Kawal daerah Bintan Timur dan Gunung Kijang, dan komposisi tanah
Kandiudults-Dystropets-Tropaquets seluas 2,4% yang tersebar di daerah
pegunungan, yaitu Gunung Kijang, Lengkuas dan Gunung Bintan. Sedangkan
komposisi jenis tanah yang ada di gugusan Kepulauan Tambelan adalah
Dystropets-Tropudults-Paleudults, Tropudults-Dystropets-Tropothods dan
Kandiudult Kandiudox.
Hidrologi dan Hidrogeologi
Sungai-sungai di Kabupaten Bintan kebanyakan
kecil-kecil dan dangkal, hampir semua tidak berarti untuk lalu lintas
pelayaran. Pada umumnya hanya digunakan untuk saluran pembuangan air dari
daerah rawa-rawa tertentu. Sungai yang agak besar terdapat di Pulau Bintan
terdiri dari beberapa Daerah Aliran Sungai (DAS), dua diantaranya DAS besar
yaitu DAS Jago seluas 135,8 Km² dan DAS Kawal seluas 93,0 Km² dan hanya
digunakan sebagai sumber air minum. Pasang surut di perairan Pulau Bintan bertipe
campuran cenderung semidiurnal atau mixed tide prevailing semidiurnal
(wyrtki,1961). Dimana saat air pasang/surut penuh dan tidak penuh terjadinya
dua kali dalam sehari, tetapi terjadi perbedaan waktu pada antar puncak air
tingginya.
Hasil prediksi pasut menggunakan Oritide-Global Tide Model di sekitar perairan pantai Trikora (Kecamatan Gunung Kijang) pada bulan Juli memperlihatkan bahwa tinggi rata-rata air pasang tertinggi +73,48 cm, air surut terendah -121,31 cm, dengan tunggang maksimum sekitar 194,79 cm dan pada bulan September, tinggi rata-rata air pasang tertinggi +75,69 cm, air surut terendah -101,06 cm dengan tunggang maksimum sekitar 176,75 cm. Secara umum tatanan air bawah tanah dapat dikelompokkan menjadi 2 kelompok berdasarkan keterdapatannya. Air bawah tanah tersebut terdapat dalam berbagai sistem akuifer dengan litologi yang berbeda-beda. Adapun air bawah tanah tersebut terdiri dari :
1) Air
Bawah Tanah Dangkal
Air bawah tanah dangkal pada umumnya
tersusun atas endapan aluvium dan kedudukan muka air bawah tanah mengikuti
bentuk topografi setempat. Lapisan akuifer ini pada umumnya tersusun atas
pasir, pasir lempungan, dan lempung pasiran yang bersifat lepas sampai kurang
padu dari endapan aluvium dan hasil pelapukan granit. Kedudukan muka air bawah
tanah akan menjadi semakin dalam di daerah yang topografinya tinggi dengan
daerah sekitarnya. Kedalaman muka air bawah tanah pada umumnya sekitar 2m-3m. Air
bawah tanah dangkal ini tersusun atas lapisan akuifer bebas (unconfined
aquifer) yang di beberapa tempat bagian bawahnya dibatasi
oleh lapisan kedap air yang berupa lapisan lempung dan lempung pasiran.
Ketebalan rata-rata lapisan akuifer air bawah tanah dangkal sekitar 13m dan
pada umumnya akan menipis ke arah perbukitan.
2) Air
Bawah Tanah Dalam
Air bawah tanah dalam di wilayah
Kabupaten Bintan tersusun atas litologi berupa pasir kompak, pasir, dan pasir
lempungan dan tersusun atas sistem akuifer bebas (unconfined aquifer), walaupun
di beberapa tempat terdapat lapisan kedap air yang berupa lempung dan lempung
pasiran yang tidak menerus atau hanya membentuk lensa-lensa, sehingga di
beberapa tempat terbentuk sistem akuifer tertekan (confined aquifer) atau semi
tertekan (semi confined aquifer), sehingga secara umum sistem akuifer yang
berkembang di wilayah Pulau Bintan, Kabupaten Bintan tergolong multi-layer
dimana antara satu lokasi dengan lokasi lain kedalaman lapisan akuifernya tidak
berada pada level yang sama. Pada bagian bawah dari lapisan akuifer dalam
dibatasi oleh granit yang bersifat kedap air sampai mempunyai sifat kelulusan
terhadap air yang kecil tergantung adanya celah atau rekahan pada tubuh granit
tersebut. Ketebalan rata-rata lapisan akuifer air bawah tanah dalam kisaran sekitar 26 m.
3) Mata
air
Keterdapatan mata air muncul pada batuan
sedimen yang terdapat dalam mata air bawah tanah perbukitan bergelombang. Tipe
pemunculannya umumnya diakibatkan oleh pemotongan topografi pada tekuk lereng
dengan dataran. Mata air tersebut dapat dimanfaatkan untuk air minum pedesaan.
Iklim
Pada umumnya wilayah Kabupaten Bintan
beriklim tropis. Selama periode Tahun 2010-2015 temperatur rata-rata terendah
23,9oC dan tertinggi rata-rata 31,8oC dengan kelembaban
udara sekitar 85%. Kabupaten Bintan mempunyai 4 macam perubahan arah angin
yaitu:
Bulan Desember-Pebruari :
Angin Utara
Bulan Maret-Mei :
Angin Timur
Bulan Juni-Agustus :
Angin Selatan
Bulan September-November :
Angin Barat
Kecepatan angin tertinggi adalah
9 knot dan terjadi pada bulan Desember-Januari, sedangkan kecepatan angin
terendah pada bulan Maret-Mei.
Sumber Data: Bappeda Kabupaten Bintan (2016)