Tungau adalah
sekelompok hewan kecil bertungkai delapan
yang, bersama-sama dengan caplak, menjadi
anggota superordo Acarina. Tungau bukanlah kutu dalam pengertian ilmu hewan walaupun
sama-sama berukuran kecil (sehingga beberapa orang menganggap keduanya sama).
Apabila kutu sejati merupakan anggota Insecta (serangga), tungau
lebih berdekatan dengan laba-laba dilihat
dari kekerabatannya.
Hewan ini merupakan salah
satu avertebrata yang
paling beraneka ragam dan sukses beradaptasi dengan
berbagai keadaan lingkungan. Ukurannya kebanyakan sangat kecil sehingga kurang
menarik perhatian hewan pemangsa besar dan mengakibatkan ia mudah menyebar.
B. KLASIFIKASI
TUNGAU
Kerajaan : Animalia
Filum : Arthropoda
Kelas : Arachnida
Upakelas : Acarina
Ordo : Acariformes
Famili : Pyroglyphidae
Genus : Dermatophagoides
Spesies : Dermatophagoides farinae
Dermatophagoides
pteronyssinus
Blomia
tropicalis
C.
MORFOLOGI TUNGAU
Tungau merupakan binatang yang
berukuran sangat kecil, yakni 250-300 mikron berbentuk oval, punggungnya
cembung dan bagian perutnya rata. Tungau memiliki ciri umum memiliki tubuh
tersegmentasi dengan segmen disusun dalam dua tagmata: sebuah prosoma
(cephalothorax) dan opisthosoma (perut). Namun, hanya jejak-jejak samar
segmentasi utama tetap di tungau, sedangkan prosoma dan opisthosoma menyatu.
Tungau dewasa memiliki empat
pasang kaki, seperti arachnida lain, tetapi beberapa memiliki kaki lebih
sedikit. Beberapa tungau parasit hanya memiliki satu atau tiga pasang kaki
dalam tahap dewasa. Tungau dewasa dengan hanya tiga pasang kaki dapat disebut
'larviform'.
Tungau bernapas melalui
tracheae, stigmata (lubang kecil pada kulit), usus dan kulit. Kebanyakan tungau
tidak memiliki mata. Mata pusat arachnida selalu hilang, atau mereka menyatu
menjadi satu mata.Panjang tungau dewasa hanya 0,3-0,4 milimeter.
Tungau memiliki tubuh
semitransparan memanjang yang terdiri dari dua segmen menyatu. Tungau memiliki
delapan kakipendek, kaki yang tersegmentasi melekat pada segmen tubuh pertama.
Tubuh ditutupi dengan sisik untuk penahan dirinya dalam folikel rambut, dan
tungau memiliki pin (seperti mulut) yaitu bagian untuk makan sel-sel kulit dan
minyak (sebum) yang menumpuk di folikel rambut. Tungau dapat meninggalkan
folikel rambut dan perlahan-lahan berjalan-jalan pada kulit, dengan kecepatan
8-16 mm per jam, terutama pada malam hari, ketika mereka mencoba untuk
menghindari cahaya.
D. MORFOLOGI
Tungau merupakan
binatang sejenis kutu yang ukurannya sangat kecil, yakni 250-300 mikron berbentuk
oval, punggungnya cembung dan bagian perutnya rata. Tungau ini transient,
berwarna putih kotor, dan tidak bermata. Tungau betina panjangnya 300-450
mikron, sedangkan tungau jantan lebih kecil, kurang lebih setengahnya yakni 200
– 240 mikron x 150 – 200 mikron. Bentuk dewasa mempunyai 4 pasang kaki dan
bergerak dengan kecepatan 2,5 cm permenit di permukaan kulit.. Bila
dilihat dari sisi fisiknya, bentuk binatang ini lonjong dengan jumlah kaki 8
buah. Binatang mikrospis itu diembel-embeli kata “debu” di belakang namanya
karena hidupnya dari debu.
Populasi tungau pada umumnya
melimpah pada saat musim kemarau, sedangkan pada musim penghujan serangan /
populasi akan menurun. Hal ini disebabkan pada musim penghujan, semua stadia
(telur, larva, nimfa, maupun imago) yang menempel pada bagian tanaman terbawa
oleh hujan.
E. SIKLUS HIDUP
Tungau
betina setelah dibuahi mencari lokasi yang tepat di permukaan kulit untuk
kemudian membentuk terowongan, dengan kecepatan 0,5 mm – 5 mm per hari.
Terowongan pada kulit dapat sampai ke perbatasan stratum korneum dan stratum
granulosum. Di dalam terowongan ini tungau betina akan tinggal selama hidupnya
yaitu kurang lebih 30 hari dan bertelur sebanyak 2-3 butir telur sehari.
Telur akan menetas setelah 3-4
hari menjadi larva yang akan keluar ke permukaan kulit untuk kemudian masuk
kulit lagi dengan menggali terowongan biasanya sekitar folikel rambut untuk
melindungi dirinya dan mendapat makanan. Setelah beberapa hari, menjadi bentuk
dewasa melalui bentuk nimfa. Waktu yang diperlukan dari telur hingga bentuk
dewasa sekitar 10-14 hari. Tungau jantan mempunyai masa hidup yang lebih pendek
dari pada tungau betina, dan mempunyai peran yang kecil pada patogenesis
penyakit. Biasanya hanya hidup dipermukaan kulit dan akan mati setelah membuahi
tungau betina.
1. Fase
telur
Pada tungau betina yang dewasa biasanya bertelur
setiap hari. Sehari rata-rata menghasilkan telur 5 butir.
2. Fase
larva
Setelah 3-4 hari telur
menetas menjadi larva. Larva tungau hidup dan makan selama 4 hari kemudian
beristirahat selama 24 jam. Selama masa istirahat tersebut terjadi pergantian
kulit (molting) menuju tahap berikutnya.
3. Fase nimfa
Pada tahap ini bentuk
tungau sudah seperti bentuk dewasanya dengan 4 pasang kaki. Masing-masing fase
nimfa makan selama 3-5 hari, istirahat , kemudian molting menuju tahap
berikutnya.
4. Fase
tungau dewasa
Tungau dewasa berukuran
± 0,4 mm, berwarna putih-krem atau kecoklatan dan dapat dilihat oleh mata
telanjang atau kaca pembesar. Tungau dewasa dapat hidup dan mencapai umur 2
bulan. Pada tungau dewasa setelah kopulasi (perkawinan)
yang terjadi di atas kulit, yang jantan akan mati, kadang-kadang masih dapat
hidup beberapa hari dalam terowongan yang digali oleh betina.
F. JENIS TUNGAU
Banyak di
antara anggotanya yang hidup bebas di air atau daratan, namun ada
anggotanya yang menjadi parasit pada
hewan lain (mamalia maupun serangga) atau tumbuhan, bahkan ada
yang memakan kapang. Beberapa
tungau diketahui menjadi penyebar penyakit (vektor) dan
pemicu alergi. Walaupun
demikian, ada pula tungau yang hidup menumpang pada hewan lain namun saling
menguntungkan.
1. Demodex
brevis
Demodex brevis merupakan salah
satu bagian dari Famili Demodicidae. Demodex brevis merupakan tungau wajah yang
menimpa manusia, biasanya ditemukan dalam kelenjar sebaceous dari tubuh
manusia. Dalam kondisi normal mereka tidak berbahaya, dan diklasifikasikan
sebagai commensals (tidak ada kerugian atau keuntungan ke host) dibandingkan
dikatakan sebagai parasit (di mana tuan rumah yang dirugikan), meskipun dalam
kondisi wabah (demodicosis) mereka bisa berbahaya.
Brevis demodex biasanya
ditemukan pada manusia. D. brevis tinggal di kelenjar sebaceous
terhubung ke folikel rambut. Dapatditemukan di wajah, dekat hidung, bulu mata
dan alis, dan juga terdapat di tempat lain pada tubuh.
Tungau demodex jantan dan
betina memiliki pembukaan genital, dan pembuahan internal. Perkawinan
berlangsung di pembukaan folikel, dan telur diletakkan di dalam folikel rambut
atau kelenjar sebaceous.
Larva tungau menetas setelah
tiga sampai empat hari, dan larva berkembang menjadi dewasa dalam waktu sekitar
tujuh hari. Umur total tungau demodex adalah beberapa minggu. Tungau mati
membusuk di dalam folikel rambut atau kelenjar sebaceous. Penelitian terbaru
telah menunjukkan bahwa penyakit kulit yang umum rosacea dapat disebabkan oleh
tungau membusuk.Infestasi pada manusia disebut demodicosis atau demodex (radang
kelopak mata).
2. Dermatophagoides
pteronyssinus
Dermatophagoides pteronyssinus
(tungau debu rumah /TDR) adalah tungau debu rumah yang berukuran 0,2 – 1,2
mm, badannya berbulu dan berkaki 4 pasang(dewasa).
TDR termasuk ordo acari,
mengalami metamorfosis tidak sempurna dan ditemukan pada debu rumah terutama di
tempat tidur (sprei, kasur, bantal), karpet, lantai dan juga ditemukan di luar
rumah, misalnya pada sarang burung, permukaan kulit mamalia dan binatang
lainnya. Makanannya adalah serpihan kulit (skuama) manusia / binatang.
Tungau merupakan komponen
alergenik utama dari debu rumah. Bagian TDR yang mengandung alergen adalah
kutikula, organ seks dan saluran cerna. Selain bagian badan, feses TDR juga
mempunyai sifat antigenik. Antigen yang berasal dari tubuh TDR masuk ke dalam
tubuh manusia melalui penetrasi kulit, sedangkan yang berasal dari feses masuk
ke dalam tubuh manusia melalui inhalasi. Tungau ini diketahui sebagai pemicu
serangan asma dan gejala-gejala alergi di
seluruh dunia. Penyebabnya adalah enzim-enzim (terutama protease)
yang keluar dari perut bersama-sama kotorannya. Tungau debu merupakan alergen
hirup sebagai faktor pencetus timbulnya penyakit alergi seperti dermatitis
atopik, asma bronkial dan rinitis.
3. Sarcoptes
scabei
Sarcoptes scabiei adalah
tungau yang termasuk famili Sarcoptidae, ordo Acari kelas Arachnida. Badannya
transparan, berbentuk oval, pungggungnya cembung, perutnya rata, dan tidak
bermata. Ukurannya,yang betina antara 300-450 mikron x 250-350 mikron,
sedangkan yang jantan lebih kecil, antara 200-240 mikron x 150-200
mikron. Bentuk dewasa tungau ini memiliki 4 pasang kaki, 2 pasang
merupakan pasangan kaki depan dan 2 pasang lainnya kaki belakang. Pasangan kaki
yang pertama berakhir sebagai tabung panjang masing-masing dengan sebuah alat
penghisap berbentuk bel dan dengan kuku. Kaki belakang berakhir menjadi bulu
keras yang panjang kecuali pasangan kaki ke-4 pada jantan yang mempunyai alat
penghisap.
Pada permukaan sebelah dorsal
terdapat garis-garis yang berjalan transversal yang mempunyai duri, sisik, dan
bulu keras. Bagian mulutnya terdiri atas selisera yang bergigi, pdipalpi
berbentuk kerucut yang bersegmen tiga dan palp bibir yang menjadi satu dengan
hipostoma.
Tungau membuat terowongan pada
bagian permukaan kulit tubuh pada lekukan lutut dan siku berada diantara sela –
sela jari dan pergelangan tangan serta pada daerah sekitar puting payudara
wanita dan penis serta kantung zakar pada laki – laki dan di pantat bagian bawah.
Tungau penyebab penyakit
scabies ini distribusinya hampir di seluruh penjuru dunia namun kebanyakan di
beberapa negara berkembang dimana yprevalensi
skabies sekitar 6% - 27% populasi umum dan cenderung tinggi pada anak serta
orang dewasa.
Di Indonesia banyak menyebar
di kampung – kampung yang padat penduduknya, di rumah penjara, asrama, dan
panti asuhan yang kurang terjaga kebersihannya. Terjadi juga pada satu keluarga
atau tetangga yang berdekatan. Infestasi dipengaruhi oleh faktor sosial ekonomi
dan keadaan demografis serta ekologisnya.
4. Acarus siro
Acarus siro merupakan salah
satu anggota dari Famili Acaridae. Tubuh berwarna agak kemerah – merahan /
merah muda, tungkai mempunyai kuku pada bagian ujung. Tungkai depan lebih besar
dibandingkan dengan tungkai belakang dan mempunyai duri yang tebal pada bagian
ventral.
Tungau betina dapat
menghasilkan 500 – 800 telur selama hidupnya. Telur menetas menjadi nimfa.
Bentuk nimfa dapat mengalami bentuk yang disebut hypopus (bentuk yang tidak
bergerak) dan sangat resisten terhadap kekeringan. Bentuk hypopus tahan
terhadap insektisida. Siklus hiduponya berlangsung 17 hari. Tungau ini biasa
hidup di gudang – gudang penyimpanan tepung dan biji – bijian. Acarus siro
dapat menyebabkan dermatitis dan alergi.
5. Tydeus
molestus
Tydeus molestus merupakan
salah satu anggota dari Famili Tydeidae. Tydeidae hidup di tanah, humus,
sampah, lumut, jamur, rumput, di pohon (di kulit, pada daun dan buah-buahan),
jerami dan jerami, dalam produk yang disimpan, dan sarang burung, mamalia, dan
lebah stingless (Meliponini). Tungau yang bersifat kosmopolit, dapat bersifat
sebagai predator, pemakan tumbuhan, tetapi dapat juga mengganggu ketentraman
manusia. Tydeus molestus, dapat menyerang manusia dan hewan, dan menyebabkan
iritasi pada permukaan kulit.
G. PENYAKIT
YANG DITIMBULKAN
SCABIES
Scabies adalah penyakit kulit yang disebabkan
oleh kutu / tungau / mite (Sarcoptes scabei). Kutu ini berukuran sangat kecil
dan hanya bisa dilihat dengan mikroskop. Penyakit Scabies ini juga mudah
menular dari manusia ke manusia , dari hewan ke manusia dan sebaliknya. Scabies
mudah menyebar baik secara langsung melalui sentuhan langsung dengan penderita
maupun secara tak langsung melalui baju, seprei, handuk, bantal, air yang masih
terdapat kutu Sarcoptesnya.
H. GEJALA
1. Gatal-gatal
hebat, yang biasanya semakin memburuk pada malam hari.
2. Lubang
tungau tampak sebagai garis bergelombang dengan panjang sampai 2,5 cm, kadang
pada ujungnya terdapat beruntusan kecil.
3. Lubang/terowongan
tungau dan gatal-gatal paling sering ditemukan dan dirasakan di sela-sela jari
tangan, pada pergelangan tangan, sikut, ketiak, di sekitar puting payudara
wanita, alat kelamin pria (penis dan kantung zakar), di sepanjang garis ikat pinggang
dan bokong bagian bawah.
4. Infeksi
jarang mengenai wajah, kecuali pada anak-anak dimana lesinya muncul sebagai
lepuhan berisi air. Lama-lama terowongan ini sulit untuk dilihat karena
tertutup oleh peradangan yang terjadi akibat penggarukan.
I. PENCEGAHAN
Pencegahan Tungau atau
skabies dapat dilakukan dengan berbagai cara:
Ø Mencuci bersih,
bahkan sebagian ahli menganjurkan dengan cara direbus, handuk, seprai maupun
baju penderita skabies, kemudian menjemurnya hingga kering.
Ø Menghindari
pemakaian baju, handuk, seprai secara bersama-sama.
Ø Mengobati seluruh
anggota keluarga, atau masyarakat yang terinfeksi untuk memutuskan rantai
penularan
J. PENGOBATAN
Pengobatan tungau atau
skabies yang umum digunakan adalah dengan salep yang mengandung bahan seperti lindane,
permethrin, pyrethrin atau crotamiton. Bahan bahan kimia
ini jamak terdapat pada obat atau bahan pembunuh kutu. Obat obat ini tidak bisa
anda peroleh dengan bebas, harus menggunakan resep dokter karena merupakan obat
keras yang harus diperhatikan cara penggunaan dan indikasinya. Jadi, harus
dipastikan dulu oleh dokter anda menderita skabies baru dapat menggunakan obat
ini.
Pengobatan dapat efektif bila
salep dioleskan ke seluruh tubuh dari dahi sampai dengan ujung kaki. Pada bayi
dan anak anak, salep dioleskan dari kulit kepala sampai dengan ujung kaki sebab
pada bayi dan anak anak, skabies juga menyerang kepala. HIndari menggunakan
obat obatan yang belum jelas khasiatnya untuk mencegah efek samping yang lebih
parah.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Tungau yang
dalam bahasa Inggris disebut mites atau ticks, merupakan salah satu hama yang
mempunyai arti ekonomi yang cukup penting. Tungau / akarina sangat melimpah dan
terjadi pada beberapa habitat yang dapat hidup pada berbagai jenis tanaman,
bahan yang disimpan, dalam tanah, bahkan pada tubuh manusia atau hewan.
Diberbagai
belahan dunia, laporan kasus scabies yang disebabkan oleh serangga tungau ini
sering ditemukan pada keadaan lingkungan yang padat penduduk, status ekonomi
yang rendah, tingkat pendidikan yang rendah dan kualitas higienis pribadi yang
kurang baik atau cenderung jelek. Sehingga sangat berbahaya bagi kehidupan
bermasyarakat.
Oleh sebab
itu, makalah ini kami buat untuk lebih mendalami avertebrata khususnya
serangga. Serangga dalam hal ini yaitu tungau (mites).
B. SARAN
Penyakit akibat Sarcoptes scabiei ini amat mudah menular melalui
pemakaian handuk, baju maupun seprai secara bersama-sama. Skabies mudah
menyerang daerah yang tingkat kebersihan diri dan lingkungan masyarakatnya
rendah. Maka dari itu kebersihan harus di tingkatkan, dari diri sendiri dan
lingkungan sekolah. Agar Sarcoptes scabiei tidak mengganggu kesehatan manusia
maupun hewan peliharaan kita.
DAFTAR PUSTAKA
· http://ilmubergunabuatkamu.blogspot.com/2013/06/bionomik-sarcoptes-scabiei.html
· http://nunungshop.blogspot.com/2012/03/pengenalan-tentang-tungau.html
· http://kamuspengetahuan.blogspot.com/2011/08/acarina-kutu-dan-tungau.html
· http://id.wikipedia.org/wiki/Tungau
· http://imamsalim2.blogspot.com/2013/04/bio-ekologi-tungau.html
Sumber Gambar : Wikipedia (2018)
No comments: