Bulan
Oktober, adalah bulan dimana Kota Otonom Tanjungpinang dibentuk. Tepatnya, 17
oktober 2001, Ya, Kota Tanjungpinang resmi menjadi Kota Otonom, pemekaran dari
Kabupaten Bintan (Dahulu bernama Kabupaten Kepulauan Riau). Sangat wajar, bila
kita wajib tahu, seperti apa Tanjungpinang masa lalu. Tanjungpinang merupakan
salah satu kota yang berada di Pulau Bintan. Sebuah pulau yang boleh dikatakan
cukup besar di wilayah Provinsi Kepri. Pada masa Hindia Belanda, nama Tanjungpinang
sudah dikenal diberbagai daerah. Bahkan Tanjungpinang dijadikan sebagai
pusat pemerintahan Karesidenan Riow.
Berdasarkan
Sulalatus Salatin atau sebuah karya tulis penurunan segala raja-raja (yang
tertuang dalam sekurang-kurangnya 29 versi atau manuskrip) yang tersebar di
berbagai negara, Tanjungpinang merupakan bagian dari Kerajaan Malaka (Beberapa
tulisan mengungkap bahwa sejatinya Kerajaan malaka ini masih wilayah Kesultanan
Indragiri). Setelah Malaka jatuh ditangan Portugis, Sultan Mahmud Syah menjadikan
Kawasan ini sebagai pusat pemerintahan kesultanan malaka. Kemudian menjadi
pusat pemerintahan kesultanan Johor, sebelum diambil alih oleh Belanda setelah
mereka menundukkan perlawanan Raja Haji Fisabilillah tahun 1784 di pulau
Penyengat.
Menundukkan
perlawanan Raja Haji Fisabilillah ternyata tidak terlepas dari peranan
Kesultanan Siak, hal ini karena Kerajaan Siak
telah disusupi oleh belanda (muncul dualisme kepemimpinan). Alhasil,
Siak menjadi kerajaan yang keropos, wilayah kekuasannya di pantai timur
sumatera perlahan semakin banyak dikuasai oleh belanda.
Menjadi
sebuah karesidenan Hindia Belanda, Tanjungpinang berkembang menjadi daerah
tujuan pemerintahan, perdagangan dan persinggahan lalu lintas orang dan barang.
Bahkan, jauh sebelum wilayah pulau sumatera maju seperti saat ini, pusat
perekonomian terbesar sumatera salah satunya berada di tanjungpinang. Setelah
Indonesia Merdeka, dibentuklah provinsi Riau, Tepatnya tanggal 9 Agustus 1957,
dan Tanjungpinang ditunjuk menjadi
Ibukota provinsi Riau. Namun dua tahun setelahnya, dengan pertimbangan politis
dan pengembangan wilayah sumatera yang tentunya memiliki luasan daratan yang
lebih besar dibandingkan dengan pulau Bintan dan secara geografis, dianggap
Pekanbaru merupakan wilayah yang di tengah-tengah, Tahun 1959, ibukota Provinsi
Riau dipindahkan ke Pekanbaru, melalui Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor
52/I/44-25 tanggal 20 januari 1959.
Disinilah
sisi lain yang kadang orang lupa, bahwa perjuangan provinsi riau diawal
kemerdekaan sesungguhnya tidak terlepas dari peranan tokoh-tokoh masyarakat di
Tanjungpinang. Kala itu, Undang-undang darurat RI nomor 19 Tahun 1957 tanggal
10 agustus 1957 yakni memekarkan tiga daerah wilayah provinsi Sumatera Tengah
yakni Riau, Jambi dan Sumatera Barat menjadi Provinsi. Artinya, menetapkan
bahwa Provinsi Riau masuk kedalam wilayah RI dan menjadi Provinsi dalam lingkup
NKRI dengan Tanjungpinang sebagai ibukotanya.
Setelah
ibukota provinsi Riau beralih ke Pekanbaru, pemerintah lebih fokus membangun
wilayah didaratan. Apalagi, wilayah Riau di daratan sumatera termasuk wilayah
tujuan transmigrasi. Orde baru menggelontorkan banyak anggaran pembangunan ke
wilayah tersebut.
Disinilah
sisi lain sejarah kemundurannya Tanjungpinang, tanpa mengurangi rasa hormat
kepada pemerintah RI dan pemerintah daerah Tk.I Riau saat itu, Tidak
dipungkiri, Tanjungpinang terasa terabaikan. Buktinya, pembangunan sejak tahun
1959 hingga tahun 2002, tidak signifikan, bahkan cenderung mundur. Lihat saja, Tanjungpinang
kala itu hanya sampai di Km.7, alias keramaiannya hanya sampai di perempatan
lampu merah kota piring, sisanya hingga km 90an banyak hutan dan tidak terjamah
pembangunan. Bahkan, kejayaan Tanjungpinang dimasa lalu banyak tergerus oleh
zaman dan ditinggalkan. Dengan kata lain, pulau Bintan hanya dikerumuni oleh
titik-titik keramaian dibeberapa tempat saja. Seperti titik keramaian di Bintan
utara (Tanjung Uban), titik keramaian di bintan timur (Kijang), dan titik
keramaian di Bintan selatan (Kota Tanjungpinang saat ini). Selebihnya, hutan
dan semak-semak tak terjamah.
Oleh sebab
itu, Wajar saja, jika Tahun 2002, tepatnya 24 September 2002, Tanjungpinang
Bersama kabupaten/kota lain memekarkan diri membentuk provinsi Kepri, pisah
dari provinsi Riau. Tahniah, perjuangan ini patut diberikan apresiasi kepada
tim Badan Perjuangan Pembentukan Provinsi Kepulauan Riau (BP3KR).
Saat ini,
Tanjungpinang mulai bergeliat. Upaya membangkitkan kejayaan masa lalu
dibangkitkan. Kota lama, mulai akan di perhatikan, bahkan Tahniah kepada
Gubernur Kepri saat ini, DR. Nurdin Basirun telah meluncurkan proyek Gurindam
12. Sebuah proyek besar membangun Kota Tanjungpinang agar setara dengan Ibukota
provinsi daerah lainnya. Semangat pembangunan juga ditunjukkan dengan terus
menggesa pembangunan mega proyek Jembatan batam-Bintan. Sungguh, upaya ini
perlu kita dukung Bersama.
Mengurai Sisi Lain Sejarah Tanjungpinang
Reviewed by Redaksi Kabar Bintan News
on
5:40:00 PM
Rating:
No comments: